INI JAWABKU

INI JAWABKU, BACALAH Sitiayu Purnama:



T: Sebenarnya apa kesalahan Wahabi, Sehingga aswaja begitu membencinya?
J: BERIKUT BEBERAPA KESALAHAN WAHABI:


  1. Wahabi itu Gemar Su’u Zhon / Berburuk sangka
  2. Wahabi Gemar Ghibah / Memfitnah Sesama muslim
  3. Wahabi Mengkafirkan Orang yang Beriman
  4. Membunuh Sesama muslim
  5. Gemar Berdebat
  6. Berteman dengan Kafir Harbi dan Bermusuhan dengan Sesama Muslim
  7. Mereka tidak memperdulikan perkataan yang sangat masyhur dari Sahabat Umar: “Ni’matul bid’atu hadzihi” (alangkah bagus bid’ah ini)
  8. Mereka tidak berani jujur dalam mengartikan kata “kullu” dalam hadits “KULLU BID’ATIN DHOLALAH….”
DAN BANYAK LAGI, BACA SELENGKAPNYA DI:


T: Apa karena Wahabi mengajak aswaja kembali kepada alquran itu salah?

J: TIDAK SALAH

  1. Prinsip “Kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” adalah benar secara teoritis, dan sangat ideal bagi setiap orang yang mengaku beragama Islam. Tetapi yang harus diperhatikan adalah, apa yang benar secara teoritis belum tentu benar secara praktis, menimbang kapasitas dan kapabilitas (kemampuan) tiap orang dalam memahami al-Qur’an & Sunnah sangat berbeda-beda. Maka bisa dipastikan, kesimpulan pemahaman terhadap al-Qur’an atau Sunnah yang dihasilkan oleh seorang ‘alim yang menguasai Bahasa Arab dan segala ilmu yang menyangkut perangkat penafsiran atau ijtihad, akan jauh berbeda dengan kesimpulan pemahaman yang dihasilkan oleh orang awam yang mengandalkan buku-buku “terjemah” al-Qur’an atau Sunnah.
  2. Al-Qur’an dan Sunnah sudah dibahas dan dikaji oleh para ulama terdahulu yang memiliki keahlian yang sangat mumpuni untuk melakukan hal itu, sebut saja: Ulama mazhab yang empat, para mufassiriin (ulama tafsir), muhadditsiin (ulama hadis), fuqahaa’ (ulama fiqih), ulama aqidah ahus-sunnah wal- Jama’ah, dan mutashawwifiin (ulama tasawuf/ akhlaq). Hasilnya, telah ditulis beribu-ribu jilid kitab dalam rangka menjelaskan kandungan al-Qur’an dan Sunnah secara gamblang dan terperinci, sebagai wujud kasih sayang mereka terhadap umat yang hidup dikemudian hari. Karya-karya besar itu merupakan pemahaman para ulama yang disebut di dalam al-Qur’an sebagai “ahludz- dzikr”, yang kemudian disampaikan kepada umat Islam secara turun-temurun dari generasi ke generasi secara berantai sampai saat ini.
  3. Para ulama telah menghidangkan penjelasan tentang al-Qur’an dan Sunnah di dalam kitab-kitab mereka kepada umat sebagai sebuah “hasiljadi”. Para ulama itu bukan saja telah memberi kemudahan kepada umat untuk dapat memahami agama dengan baik tanpa proses pengkajian atau penelitan yang rumit, tetapi juga telah menyediakan jalan keselamatan bagi umat agar terhindar dari pemahaman yang keliru terhadap al-Qur’an dan Sunnah yang sangat mungkin terjadi jika mereka lakukan pengkajian tanpa bekal yang mumpuni seperti yang dimiliki para ulama tersebut. Boleh dibilang, kemampuan yang dimiliki para ulama itu tak mungkin lagi bisa dicapai oleh orang setelahnya, terlebih di zaman ini, menimbang masa hidup mereka yang masih dekat dengan masa hidup Rasulullah Saw & para Shahabat yang tidak mungkin terulang, belum lagi keunggulan hafalan, penguasaan berbagai bidang ilmu, lingkungan yang shaleh, wara’ (kehati-hatian) , keikhlasan, keberkahan, dan lain sebagainya.
BACA SUMBER ASLINYA DI:


T: Mengajak aswaja untuk meninggalkan tradisi hindu itu juga salah?

J: TIDAK SALAH, YANG SALAH CARANYA...





Dipos ulang oleh admin dari grup FB tentang 1jt ORANG MENOLAK WAHABI DI INDONESIA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Leather Textured Wallet

Elegi Buat Para Aktifis Islam Korban Kezaliman